Bogor,suakaindonesia.com – Komunitas Pewarta Media Online, Cetak dan TV/ Jurnalis Cakrawala ( JC ) yang sehari – hari bertugas di wilayah Bogor Jawa Barat, turut berduka atas penanganan sampah Kota dan Kabupaten Bogor masih kacau balau, dalam keterangan pers yang di terima redaksi Rabu (21/2/2018) di Bogor.
Mulai dari dampak lingkungan TPA Galuga, alat yang sering rusak, bau tak sedap, sarana prasarana dari anggaran negara yang tidak tepat, permasalahan lain hingga pekan lalu sampah berminggu-minggu menggunung di setiap pelosok Kabupaten dan Kota Bogor karena tidak terangkut.
Seluruh kota di dunia, menghasilkan sampah hingga 1.3 Miliar Ton Per Tahun.
Pada 2025, Bank Dunia memprediksi jumlah ini akan meningkat hingga 2.2 Miliar Ton.
Di negara yang belum memiliki manajemen sampah, hal ini tentu akan menjadi sebuah masalah bagi warga nya. Belum mapannya sistem daur ulang serta kesadaran untuk tak membuang sampah sembarangan akan memperbesar masalah penanganan sampah ini.
Indonesia, memiliki peristiwa tragis atas kelalaian pengelolaan sampah. Pada tahun 1992, terjadi sebuah peristiwa longsor di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Leuwigajah, Bandung Jawa Barat yang menimbulkan banyak korban.
Pada 21 Februari 2005, di TPA yang sama terjadi lagi longsor yang mengakibatkan korban tewas dan luka-luka sebanyak 156 warga yang bermukim di sekitar TPS tersebut.
Hal ini dipicu oleh hujan yang turun selama 3 hari berturut-turut, yang menyebabkan kurang lebih 2.7 Juta meter kubik sampah longsor hingga menutupi wilayah pemukiman warga sekitar. Disertai efek domino menumpuknya timbunan sampah di banyak TPS sebelum disalurkan ke TPA Leuwigajah tersebut.
Pada tahun 2015, Pemerintah menetapkan tanggal dari peristiwa tersebut, 21 Februari sebagai “Hari Peduli Sampah Nasional” (HPSN).
Sebuah peringatan bagi kita untuk mencegah terulangnya kecerobohan dan kelalaian dalam menangani sampah.
Karena itu Junalis Cakrawala prihatin akan penanganan sampah yang kian memburuk, dampaknya juga sampai ke masyarakat luas.
Perlunya kami mengingatkan para birokrat untuk penyelesaian yang nyata bukan ‘omdo’ alias omong kosong.
Reporter Bule